Islamypersona.blogspot.com.-Antara Ulama' dan Penceramah- Kita harus mengakui para penceramah juga sebagai tokoh agama, tentunya apa yang mereka ceramahkan berguna buat para jamaah, dan pasti ada hikmah yang bisa dipetik. Tapi kedudukan 'Ulama' dengan Penceramah memang jauh berbeda.
Karena penceramah tidak harus seorang ulama'. Semua bisa menjadi penceramah tp tidak semua bisa menjadi seorang Ulama'. Dan inilah yang dikhawatirkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam 14 abad yang lalu, dimana muncul tokoh-tokoh yang jahil tapi rajin berfatwa. Mereka bukan mengajarkan agama
tetapi malah menjauhkan orang dari agama.
ﺇِﻥّ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢ ﺍِﻧْﺘِﺰﺍﻋًﺎ ﻳﻨْﺘﺰِﻋُﻪُ ﻣِﻦ ﺍﻟﻌِﺒﺎﺩِ ﻭﻟﻜِﻦْ ﻳﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢ ﺑِﻘﺒْﺾِﺍﻟﻌُﻠﻤﺎﺀ ﺣﺘﻰّ ﺇِﺫﺍﻟﻢ ﻳُﺒْﻖِ ﻋﺎﻟِﻤًﺎ ﺍِﺗّﺨﺬ ﺍﻟﻨّﺎﺱُ ﺭُﺀُﻭﺳًﺎ ﺟُﻬّﺎﻻً ﻓﺴُﺌِﻠُﻮﺍﻓﺄﻓْﺘﻮْﺍ ﺑِﻐﻴْﺮِﻋِﻠْﻢٍ ﻓﻀﻠُّﻮﺍ ﻭﺃﺿﻠُّﻮﺍ
Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu secara tiba-tiba dari tengah manusia, tapi Allah mencabut ilmu dengan dicabutnya nyawa para ulama. Hingga ketika tidak tersisa satu pun dari ulama, orang-orang menjadikan orang-orang bodoh untuk menjadi pemimpin. Ketika orang-orang bodoh itu ditanya tentang masalah agama mereka berfatwa tanpa ilmu, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan (HR. Bukhari dan Muslim)
Gambaran sederhananya adalah, jika Ulama' kita gambarkan sebagai Dokter yang ahli dalam segala penyakit, maka Penceramah sebagai tukang obat (penjual obat). Orang yang mendapat gelar Dokter ia harus menghabiskan masa mudanya bahkan hingga masa tuanya untuk bergelut dibidang ilmu kedokteran.
Sedangkan Tukang obat ia tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, asalkan mau jualan dan belajar ala kadarnya maka ia tinggal membuka toko obat atau menjajakan obatnya ditiap-tiap pasar.
Tujuan mereka sama bukan?, sama-sama berniat mengobati manusia dengan caranya sendiri-sendiri.
Hanya saja seorang Dokter diperlukan sekolah bertahun-tahun bahkan sampai akhir hayatnya untuk mempelajari suatu penyakit dan obatnya.
Sedangkan Tukang obat tidak perlu menghabiskan waktunya untuk mempelajari suatu penyakit,
Seorang Alim /Ulama' ia akan menhabiskan masa hidupnya didunia hanya untuk belajar dan belajar ilmu syariat, mempelajari Adab saja mereka mengabiskan puluhan tahun baru mempelajari suatu ilmu,
Seorang Ulama' tidak serta merta menjawab setiap pertanyaan dari penanya, bukan berarti dia tidak tahu jawabannya, tapi dia lebih mengambil sikap wara' /kehati-hatian.
Semakin banyak ilmu yg ia pelajari maka ia semakin Tawadhu', menjaga sikap dan lisan, dan
selalu menyibukkan dirinya dg ilmu dan amal.
Umur yg diberikan didunia seakan masih sangat kurang untuk mempelajari ilmu. Sedangkan Penceramah, ia tidak perlu menghabiskan hidupnya untuk belajar, ia hanya mendengar satu ilmu lalu ia sampaikan ke orang
lain, ia mempelajari adab hanya sebagian lalu ia amalkan, terkadang ia juga sibuk dalam keduniaannya, asyik dengan maisyahnya sama seperti umumnya manusia.
»» Sedangkan yang terjadi saat ini adalah Orang islam lebih memilih bertanya (meminta fatwa) kepada penceramah dari pada ulama'. Seandainya penceramah tahu bahwa ada orang yang lebih mengetahui jawabannya daripada dirinya dan ia mengarahkan pertanyaan tersebut pada orang yang lebih tahu, maka ia tlah menyelamatkan dirinya dan agamanya.
Akan tetapi jika ia menjawab setiap pertanyaan yang sebenarnya tidak ia kuasai ilmunya maka ia telah menjatuhkan dirinya ke-jurang neraka.
Na'udzubillahi min dzalik.
TERKADANG Ucapan penceramah lebih lihai dari pada ucapan ulama'.....
Terkadang Ucapan / pidato tukang obat lebih dipercaya dari pada Ucapan seorang Dokter...
Lalu siapakah kita??
Kita adalah orang yg masih sangat Awam, ilmu yang kita miliki masih amat sangat sedikit, kita bukan
seorang dokter dan juga bukan seorang penjual obat, tapi kita adalah seorang pasien.
Kita cukup menjadi pasien yang baik, mendengarkan nasehat dokter, kalau kurang mengerti, tentu bertanya kepada dokter, agar dapat informasi yang benar, valid dan akurat. Kita tidak perlu sok merasa jadi dokter,
padahal cuma jadi tetanganya dokter. Sampai kapan pun tetangga dokter tidak akan pernah jadi dokter, kecuali dia kuliah dulu di fakultas kedokteran. Kalau ada orang yang punya sikap dan gaya hidup kurang sehat, dan kita tahu mereka keliru, tidak ada salahnya kalau kita ingatkan kepada mereka bahwa menurut dokter hal itu tidak sehat. Dan sebagai tetangga dokter, kita tidak boleh beli obat sembarangan dari tukang obat di perempatan jalan. Apalagi sampai mempercayai bulat-bulat semua jurus ngibulnya. Tentu pak
dokter sendiri akan malu kalau mengetahui bahwa ada tetangganya masih saja belum tercerahkan wawasannya.
Semoga kita bisa menyiapkan anak-anak kita menjadi dokter syariah, kalau perlu jadi dokter spesialis di masa mendatang. Kalau tidak jadi dokter, minimal menjadi pasien yang tercerahkan.
Demikianlah artikel kali ini mengenai Perbedaan antara ulama' dan penceramah. Semoga bermanfaat.
Karena penceramah tidak harus seorang ulama'. Semua bisa menjadi penceramah tp tidak semua bisa menjadi seorang Ulama'. Dan inilah yang dikhawatirkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam 14 abad yang lalu, dimana muncul tokoh-tokoh yang jahil tapi rajin berfatwa. Mereka bukan mengajarkan agama
tetapi malah menjauhkan orang dari agama.
ﺇِﻥّ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢ ﺍِﻧْﺘِﺰﺍﻋًﺎ ﻳﻨْﺘﺰِﻋُﻪُ ﻣِﻦ ﺍﻟﻌِﺒﺎﺩِ ﻭﻟﻜِﻦْ ﻳﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢ ﺑِﻘﺒْﺾِﺍﻟﻌُﻠﻤﺎﺀ ﺣﺘﻰّ ﺇِﺫﺍﻟﻢ ﻳُﺒْﻖِ ﻋﺎﻟِﻤًﺎ ﺍِﺗّﺨﺬ ﺍﻟﻨّﺎﺱُ ﺭُﺀُﻭﺳًﺎ ﺟُﻬّﺎﻻً ﻓﺴُﺌِﻠُﻮﺍﻓﺄﻓْﺘﻮْﺍ ﺑِﻐﻴْﺮِﻋِﻠْﻢٍ ﻓﻀﻠُّﻮﺍ ﻭﺃﺿﻠُّﻮﺍ
Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu secara tiba-tiba dari tengah manusia, tapi Allah mencabut ilmu dengan dicabutnya nyawa para ulama. Hingga ketika tidak tersisa satu pun dari ulama, orang-orang menjadikan orang-orang bodoh untuk menjadi pemimpin. Ketika orang-orang bodoh itu ditanya tentang masalah agama mereka berfatwa tanpa ilmu, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan (HR. Bukhari dan Muslim)
antara ulama dan penceramah |
Gambaran sederhananya adalah, jika Ulama' kita gambarkan sebagai Dokter yang ahli dalam segala penyakit, maka Penceramah sebagai tukang obat (penjual obat). Orang yang mendapat gelar Dokter ia harus menghabiskan masa mudanya bahkan hingga masa tuanya untuk bergelut dibidang ilmu kedokteran.
Sedangkan Tukang obat ia tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, asalkan mau jualan dan belajar ala kadarnya maka ia tinggal membuka toko obat atau menjajakan obatnya ditiap-tiap pasar.
Tujuan mereka sama bukan?, sama-sama berniat mengobati manusia dengan caranya sendiri-sendiri.
Hanya saja seorang Dokter diperlukan sekolah bertahun-tahun bahkan sampai akhir hayatnya untuk mempelajari suatu penyakit dan obatnya.
Sedangkan Tukang obat tidak perlu menghabiskan waktunya untuk mempelajari suatu penyakit,
Seorang Alim /Ulama' ia akan menhabiskan masa hidupnya didunia hanya untuk belajar dan belajar ilmu syariat, mempelajari Adab saja mereka mengabiskan puluhan tahun baru mempelajari suatu ilmu,
Seorang Ulama' tidak serta merta menjawab setiap pertanyaan dari penanya, bukan berarti dia tidak tahu jawabannya, tapi dia lebih mengambil sikap wara' /kehati-hatian.
Semakin banyak ilmu yg ia pelajari maka ia semakin Tawadhu', menjaga sikap dan lisan, dan
selalu menyibukkan dirinya dg ilmu dan amal.
Umur yg diberikan didunia seakan masih sangat kurang untuk mempelajari ilmu. Sedangkan Penceramah, ia tidak perlu menghabiskan hidupnya untuk belajar, ia hanya mendengar satu ilmu lalu ia sampaikan ke orang
lain, ia mempelajari adab hanya sebagian lalu ia amalkan, terkadang ia juga sibuk dalam keduniaannya, asyik dengan maisyahnya sama seperti umumnya manusia.
»» Sedangkan yang terjadi saat ini adalah Orang islam lebih memilih bertanya (meminta fatwa) kepada penceramah dari pada ulama'. Seandainya penceramah tahu bahwa ada orang yang lebih mengetahui jawabannya daripada dirinya dan ia mengarahkan pertanyaan tersebut pada orang yang lebih tahu, maka ia tlah menyelamatkan dirinya dan agamanya.
Akan tetapi jika ia menjawab setiap pertanyaan yang sebenarnya tidak ia kuasai ilmunya maka ia telah menjatuhkan dirinya ke-jurang neraka.
Na'udzubillahi min dzalik.
TERKADANG Ucapan penceramah lebih lihai dari pada ucapan ulama'.....
Terkadang Ucapan / pidato tukang obat lebih dipercaya dari pada Ucapan seorang Dokter...
Lalu siapakah kita??
Kita adalah orang yg masih sangat Awam, ilmu yang kita miliki masih amat sangat sedikit, kita bukan
seorang dokter dan juga bukan seorang penjual obat, tapi kita adalah seorang pasien.
Kita cukup menjadi pasien yang baik, mendengarkan nasehat dokter, kalau kurang mengerti, tentu bertanya kepada dokter, agar dapat informasi yang benar, valid dan akurat. Kita tidak perlu sok merasa jadi dokter,
padahal cuma jadi tetanganya dokter. Sampai kapan pun tetangga dokter tidak akan pernah jadi dokter, kecuali dia kuliah dulu di fakultas kedokteran. Kalau ada orang yang punya sikap dan gaya hidup kurang sehat, dan kita tahu mereka keliru, tidak ada salahnya kalau kita ingatkan kepada mereka bahwa menurut dokter hal itu tidak sehat. Dan sebagai tetangga dokter, kita tidak boleh beli obat sembarangan dari tukang obat di perempatan jalan. Apalagi sampai mempercayai bulat-bulat semua jurus ngibulnya. Tentu pak
dokter sendiri akan malu kalau mengetahui bahwa ada tetangganya masih saja belum tercerahkan wawasannya.
Semoga kita bisa menyiapkan anak-anak kita menjadi dokter syariah, kalau perlu jadi dokter spesialis di masa mendatang. Kalau tidak jadi dokter, minimal menjadi pasien yang tercerahkan.
Demikianlah artikel kali ini mengenai Perbedaan antara ulama' dan penceramah. Semoga bermanfaat.
Antara Ulama dan Penceramah
Reviewed by IP Admin
on
8:36:00 AM
Rating:
No comments:
Anda dapat berkomentar menggunakan identitas apa saja. Silakan berkomentar dengan baik dan sopan. Sepatah kata Anda bisa jadi sangat berarti bagi Blog ini, in syaa Allah.