Naiklah "Perahu Nabi Nuh" Untuk Menghadapi Banjir Bandang Filsafat dan Pemikiran Menyimpang
Saudaraku.....
Gelombang banjir bandang aneka ragamnya pemikiran manusia dalam berislam membuat Anda bingung dalam menjalani Islam ini?
Syubhat filsafat |
Begitu derasnya kerusakan akhlak dan moral juga membuat Anda berfikir apa ada yang salah dalam mereka berislam?
Dahsyatnya badai kelancangan lisan-lisan kotor buah dari filsafat ini juga telah menjadikan seorang muslim berani memperolok-olok agama Allah...inna lillah musibah...
Tapi...
Jangan sampai Anda terseret dan tenggelam ke dalam "banjir bandang" tersebut...
Apa gerangan solusinya??
Imam Malik pernah menuturkan:
لَنْ يُصْلِحَ آخِرَ هَذِهِ اْلأُمَّةِ إِلاَّ مَا أَصْلَحَ أَوَّلَهَا.
“Tidak akan dapat memperbaiki ummat ini melainkan dengan apa yang telah membuat baik generasi pertama ummat ini (Sahabat)”[ Lihat at-Tamhiid karya Ibnu ‘Abdil Barr (XV/292)].
Iya....Harus Anda hadapi dengan strategi ini...yakni mencoba dengan sungguh untuk memutar ke belakang bagaimana generasi awwal ummat ini telah sukses dalam berislam....
Tentu bukan dengan Anda berharap untuk bisa hidup di zaman mereka...karena belum tentu juga Anda selamat....bisa saja justeru Anda lah pengikut Abu Jahal dkk....
Namun dengan mengikuti cara mereka (para sahabat Nabi) berislam...cara mereka dalam bermuamalah dengan Allah...cara mereka dalam memahami kitabullah dan Sunnah (Ajaran) RasulNya..dan cara mereka dalam mengamalkan Islam itu sendiri...
Ternyata mengikuti Sunnah Rasulullah dan jalan Sahabat itu bagaikan "Perahu Nabi Nuh" dalam menghadapi semua gelombang penyimpangan tadi..
Itu solusi satu-satunya yang tidak bisa tidak kecuali harus Anda "naiki".. agar Anda selamat ..bi idznillah..
Apalagi ternyata Allah pun telah memuji mereka Para Sahabat Nabi...dalam firmanNya :
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.. [Ali Imran:110].
Syaikh Salim Al Hilali berkata: “Allah telah menetapkan keutamaan untuk para sahabat di atas seluruh umat. Ini berarti, mereka istiqomah (berada di atas jalan lurus) dalam segala keadaan; karena mereka tidak pernah menyimpang dari jalan yang terang. Allah telah menyaksikan telah menjadi saksi untuk mereka, bahwa mereka menyuruh kepada seluruh yang ma'ruf dan mencegah dari seluruh yang munkar. Hal itu mengharuskan menunjukkan bahwa pemahaman mereka merupakan argumen terhadap orang-orang setelah mereka”. [Limadza Ikhtartu Manhajas Salafi, hlm. 86].
Anda juga simak ayat berikut ini:
وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَآءَتْ مَصِيرًا
Dan barangsiapa menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalannya orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali (Qs. An-Nisa: 115)
Ketahuilah....
Pada saat ayat ini turun, belum ada umat Islam selain mereka para sahabat Radhiyallahu 'anhum. Merekalah orang-orang mu’min yang pertama dimaksudkan ayat ini. Sehingga wajib bagi generasi setelah sahabat mengikuti jalan para sahabat Nabi.
Lebih- lebih Allah telah menjamin surga bagi orang yang mau mengikuti mereka...
Allah berfirman:
وَالسَّابِقُونَ اْلأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَاْلأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) diantara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. [At Taubah:100].
Nabi shallallahu 'alaihi wassallam juga telah memuji mereka dlm sabdanya:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
Sebaik-baik manusia adalah generasiku (yaitu generasi sahabat), kemudian orang-orang yang mengiringinya (yaitu generasi tabi’in), kemudian orang-orang yang mengiringinya (yaitu generasi tabi’ut tabi’in). [Hadits mutawatir, riwayat Bukhari dan lainnya].
Jadi.....
Mau beralih ke jalan para sahabat Nabi yg jelas atau ngeyel utk pake cara berpikirnya (orang-orang filsafat -red) Aristoteles, Plato dan Darwins yang (notabene) kafir?
Jangan saudaraku.....jangan kau ikuti cara berpikirnya orang-orang kafir itu yang tidak jelas!
Tapi "naikilah" kembali "Perahu Nabi Nuh" yakni Ajaran Rasulullah dan Jalan Para Sahabatnya...
Sahabat Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata:
إِنَّ اللهَ نَظَرَ إِلَى قُلُوْبِ الْعِبَادِ، فَوَجَدَ قَلْبَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرَ قُلُوْبِ الْعِبَادِ فَاصْطَفَاهُ لِنَفْسِهِ، فَابْتَعَثَهُ بِرِسَالَتِهِ، ثُمَّ نَظَرَ فِي قُلُوْبِ الْعِبَادِ بَعْدَ قَلْبِ مُحَمَّدٍ، فَوَجَدَ قُلُوْبَ أَصْحَابِهِ خَيْرَ قُلُوْبِ الْعِبَادِ فَجَعَلَهُمْ وُزَرَاءَ نَبِيِّهِ، يُقَاتِلُوْنَ عَلَى دِيْنِهِ، فَمَا رَأَى الْمُسْلِمُوْنَ حَسَناً فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ، وَمَا رَأَوْا سَيِّئاً فَهُوَ عِنْدَ اللهِ سَيِّئٌ.
“Sesungguhnya Allah melihat hati hamba-hamba-Nya dan Allah mendapati hati Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik hati manusia, maka Allah pilih Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai utusan-Nya dan Allah memberikan risalah kepadanya, kemudian Allah melihat dari seluruh hati hamba-hamba-Nya setelah Nabi-Nya, maka didapati bahwa hati para Sahabat merupakan hati yang paling baik sesudahnya, maka Allah jadikan mereka sebagai pendamping Nabi-Nya yang mereka berperang untuk agama-Nya. Apa yang dipandang kaum Mus-limin (para Sahabat Rasul) itu baik, maka itu baik pula di sisi Allah dan apa yang mereka (para Sahabat Rasul) pandang buruk, maka di sisi Allah hal itu adalah buruk.”[ HR. Ahmad (I/379), dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir (no. 3600)].
Dalam perkataan yg lain ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu mengatakan:
مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُتَأَسِّياً فَلْيَتَأَسَّ بِأَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَإِنَّهُمْ كَانُوْا أَبَرَّ هَذِهِ اْلأُمَّةِ قُلُوْباً، وَأَعْمَقَهَا عِلْمًا، وَأَقَلَّهَا تَكَلُّفًا، وَأَقْوَمَهَا هَدْيًا، وَأَحْسَنَهَا حَالاً، قَوْمٌ اِخْتَارَهُمُ اللهُ لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ وَِلإِقَامَةِ دِيْنِهِ، فَاعْرِفُوْا لَهُمْ فَضْلَهُمْ، وَاتَّبِعُوْهُمْ فِي آثَارِهِمْ، فَإِنَّهُمْ كَانُوْا عَلَى الْهُدَى الْمُسْتَقِيْمِ.
“Barangsiapa di antara kalian yang ingin meneladani, hendaklah meneladani para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena sesungguhnya mereka adalah ummat yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling sedikit bebannya, dan paling lurus petunjuknya, serta paling baik keadaannya. Suatu kaum yang Allah telah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya, untuk menegakkan agama-Nya, maka kenalilah keutamaan mereka serta ikutilah atsar-atsarnya, karena mereka berada di jalan yang lurus.”[ Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abdil Baar dalam kitabnya Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlih (II/947 no. 1810)].
Iya terkadang filsafat dan pemahaman yang menyimpang itu terkesan indah...sedap disimak...tapi sejatinya kerusakan yg berbalut keindahan...
Oleh sebab itu tetaplah di atas "Perahu Nabi Nuh" tadi dan jangan turun.....terus tapaki jalan Sahabat Nabi dalam Anda berislam...dan istiqomahlah...
Al-Imam Al-Auza'i rahimahullah berkata:
عَلَيْكَ بِآثَارِ مَنْ سَلَفَ وَإِنْ رَفَضَكَ النَّاسُ، وَإِيَّاكَ وَآرَاءَ الرِّجَالِ وَإِنْ زَخْرَفُوْهُ لَكَ بِالْقَوْلِ.
“Hendaklah engkau berpegang kepada atsar Salafush Shalih meskipun orang-orang menolaknya dan jauhkanlah dirimu dari pendapat orang meskipun ia hiasi pendapatnya dengan perkataannya yang indah.”
[ Imam al-Ajurri dalam asy-Syarii’ah (I/445, no. 127) dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Mukhtasharul ‘Uluww lil Imaam adz-Dzahabi (hal. 138)].
Washallallahu 'ala nabiyina muhammad wa 'ala alihi wasahbihi ajma'in wabilahit-taufiq.
Menghadapi syubhat filsafat |
Tengaran, 7 Oktober 2015
Ust. Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc.
Perahu Nuh menghadapi "Banjir Syubhat"
Reviewed by IP Admin
on
11:33:00 AM
Rating:
No comments:
Anda dapat berkomentar menggunakan identitas apa saja. Silakan berkomentar dengan baik dan sopan. Sepatah kata Anda bisa jadi sangat berarti bagi Blog ini, in syaa Allah.