Bismillah
Intisari Tauhid
Dalam Shahîh-nya, Al-Bukhâry berkata: Qatâdah berkata,
(خَلَقَ اللهُ هَذِهِ النُّجُومَ لِثَلَاثٍ: زِينَةً لِلسَّمَاءِ، وَرُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ، وَعَلَامَاتٍ يُهْتَدَى بِهَا. فَمَنْ تَأَوَّلَ فِيهَا غَيْرَ ذَلِكَ فَقَدْ أَخْطَأَ، وَأَضَاعَ نَصِيبَهُ، وَتَكَلَّفَ مَا لَا عِلْمَ لَهُ بِهِ) انْتَهَى.
“Allah menciptakan bintang-bintang ini untuk tiga (hikmah): sebagai hiasan langit, sebagai alat pelempar syaithan, dan sebagai tanda-tanda penunjuk (arah dan sebagainya). Oleh karena itu, barang siapa yang berpendapat dengan selain (ketiga) hal tersebut dalam masalah ini, sungguh dia telah salah dan menelantarkan bagiannya serta membebani diri dengan hal yang dia tidak ilmui.”
Ketika sebagian ilmu perbintangan mengandung kebatilan, karena padanya ada pernyataan persekutuan dengan Allah dalam perkara ilmu ghaib, ketergantungan hati kepada selain Allah dan penisbahan suatu perkara kepada bintang-bintang tertentu, yang mana hal tersebut menafikan tauhid, maka sudah sepantasnya di sini untuk membuat suatu bab untuknya, dalam rangka menjelaskan mana yang dilarang dan mana yang diperbolehkan darinya, agar kaum muslimin di atas ilmu tentang permasalahan ini.
Yakni penyebutan apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang daripada perbintangan, tentang celaan terhadapnya, pengharamannya serta apa yang datang berkenaan4 dengan ancaman terhadap perbuatan tersebut. At-tanjîm adalah berdalil dengan keadaan bintang-bintang terhadap kejadian-kejadian di bumi. Inilah yang dikenal dengan nama ilmu ta’tsîr (ilmu yang mempelajari tentang pengaruh posisi-posisi bintang dengan kejadian di bumi, -pent.).
‘Allah menciptakan bintang-bintang untuk tiga tujuan’: hal ini diambil dari Al-Qur`anul Karim.
‘sebagai hiasan langit’: mengisyaratkan kepada firman Allah,
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ
“Dan sungguh Kami telah menghiasi langit dunia dengan lampu-lampu (bintang-bintang).” [Al-Mulk: 5]
‘dan sebagai lemparan-lemparan terhadap syaithan’: memberi isyarat kepada firman Allah,
وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ
“Kami jadikan bintang-bintang itu sebagai lemparan-lemparan terhadap syaithan.” [Al-Mulk: 5]
‘dan sebagai tanda-tanda’: sebagai penunjuk-penunjuk arah, negeri-negeri dan yang semisalnya.
‘yang dijadikan sebagai petunjuk’: yakni yang manusia mengikuti petunjuknya, sebagai isyarat terhadap firman Allah,
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُوا بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ
“Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut.” [Al-An’âm: 97]
Qatâdah rahimahullâh menyebutkan hikmah yang karenanyalah Allah menciptakan bintang-bintang -sebagaimana yang Allah sebutkan dalam Al-Qur`an- sebagai bantahan terhadap orang-orang yang muncul pada masanya, yang mereka memiliki keyakinan tentang bintang-bintang, berbeda dengan apa yang disebutkan oleh Penciptanya dalam Al-Qur`an. Mereka itu telah berbicara tanpa ilmu dan telah menghabiskan usia-usia mereka untuk perkara yang merugikan mereka sendiri, serta membebani diri- diri mereka dengan sesuatu yang tidak mampu mereka peroleh. Maka demikianlah keadaan setiap orang yang mencari al-haq dari selain Al-Kitab dan sunnah.
Dalam atsar ini terdapat penjelasan tentang hikmah dari penciptaan bintang-bintang -sebagaimana yang disebutkan oeh Allah di dalam kitab-Nya- juga bantahan terhadap orang-orang yang meyakini suatu hikmah tertentu pada bintang- bintang yang menyelisihi apa-apa yang telah Allah sebutkan tentang bintang-bintang tersebut.
Faedah Atsar
1. Penjelasan tentang hikmah dari penciptaan bintang-bintang sebagaimana yang ditunjukkan oleh Al-Qur`an.
2. Bantahan terhadap orang-orang yang menyakini bahwa bintang-bintang itu diciptakan untuk suatu hikmah/tujuan tertentu, selain dari apa yang telah disebutkan oleh Allah tentangnya.
3. Bahwasanya wajib kembali kepada kitabullah guna menjelaskan kebenaran dari kebatilan.
4. Bahwa barang siapa yang mencari petunjuk dari selain Al-Qur`an dan Sunnah, dia telah kehi
langan kebenaran dan menyia-nyiakan waktunya serta membebani diri dengan sesuatu yang tidak mampu ia capai.
[Diringkas dari Kitab Penjelasan Ringkas Kitab Tauhid karya Syaikh Shalih Al-Fauzan]
Catatan.
Ilmu nujum yang dimaksud disini adalah Astrologi, bukan ilmu Astronomi. Seolah terdengar sama bagi orang awam namun ini sangat berbeda, dan masih banyak yang salah paham saat mendengar istilah astronomi. Berikut sedikit penjelasan tentang astrologi.
Astrologi berasal dari kata Yunani yang berarti ilmu tentang bintang-bintang. Ilmu ini awalnya digunakan oleh bangsa Kaldea yang hidup di Babilonia pada permulaan tahun 3000 SM (Sebelum Masehi). Jika kita mendasari pada peninggalan artefak-artefak kuno, astrologi telah dikenal lebih tua lagi yaitu sekitar tahun 15.000 SM. Artefak-artefak ini banyak ditemukan di daerah Timur Tengah. Bangsa Cina di Asia kemudian mengadopsi ilmu ini untuk digunakan dalam kesehariannya. Astrologi mendasari ilmunya pada pergerakan benda-benda langit antara lain matahari, planet-planet, bintang, dan bulan. Para astrolog percaya bahwa posisi benda-benda langit ini berpengaruh pada kehidupan manusia dan peristiwa masa depan yang akan terjadi dapat diramalkan berdasarkan posisi benda langit tersebut.
Intisari Tauhid
Hukum Ilmu nujum astrologi |
SEPUTAR ILMU NUJUM (ASTROLOGI)
Dalam Shahîh-nya, Al-Bukhâry berkata: Qatâdah berkata,
(خَلَقَ اللهُ هَذِهِ النُّجُومَ لِثَلَاثٍ: زِينَةً لِلسَّمَاءِ، وَرُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ، وَعَلَامَاتٍ يُهْتَدَى بِهَا. فَمَنْ تَأَوَّلَ فِيهَا غَيْرَ ذَلِكَ فَقَدْ أَخْطَأَ، وَأَضَاعَ نَصِيبَهُ، وَتَكَلَّفَ مَا لَا عِلْمَ لَهُ بِهِ) انْتَهَى.
“Allah menciptakan bintang-bintang ini untuk tiga (hikmah): sebagai hiasan langit, sebagai alat pelempar syaithan, dan sebagai tanda-tanda penunjuk (arah dan sebagainya). Oleh karena itu, barang siapa yang berpendapat dengan selain (ketiga) hal tersebut dalam masalah ini, sungguh dia telah salah dan menelantarkan bagiannya serta membebani diri dengan hal yang dia tidak ilmui.”
Ketika sebagian ilmu perbintangan mengandung kebatilan, karena padanya ada pernyataan persekutuan dengan Allah dalam perkara ilmu ghaib, ketergantungan hati kepada selain Allah dan penisbahan suatu perkara kepada bintang-bintang tertentu, yang mana hal tersebut menafikan tauhid, maka sudah sepantasnya di sini untuk membuat suatu bab untuknya, dalam rangka menjelaskan mana yang dilarang dan mana yang diperbolehkan darinya, agar kaum muslimin di atas ilmu tentang permasalahan ini.
Yakni penyebutan apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang daripada perbintangan, tentang celaan terhadapnya, pengharamannya serta apa yang datang berkenaan4 dengan ancaman terhadap perbuatan tersebut. At-tanjîm adalah berdalil dengan keadaan bintang-bintang terhadap kejadian-kejadian di bumi. Inilah yang dikenal dengan nama ilmu ta’tsîr (ilmu yang mempelajari tentang pengaruh posisi-posisi bintang dengan kejadian di bumi, -pent.).
‘Allah menciptakan bintang-bintang untuk tiga tujuan’: hal ini diambil dari Al-Qur`anul Karim.
‘sebagai hiasan langit’: mengisyaratkan kepada firman Allah,
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ
“Dan sungguh Kami telah menghiasi langit dunia dengan lampu-lampu (bintang-bintang).” [Al-Mulk: 5]
‘dan sebagai lemparan-lemparan terhadap syaithan’: memberi isyarat kepada firman Allah,
وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ
“Kami jadikan bintang-bintang itu sebagai lemparan-lemparan terhadap syaithan.” [Al-Mulk: 5]
‘dan sebagai tanda-tanda’: sebagai penunjuk-penunjuk arah, negeri-negeri dan yang semisalnya.
‘yang dijadikan sebagai petunjuk’: yakni yang manusia mengikuti petunjuknya, sebagai isyarat terhadap firman Allah,
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُوا بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ
“Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut.” [Al-An’âm: 97]
Qatâdah rahimahullâh menyebutkan hikmah yang karenanyalah Allah menciptakan bintang-bintang -sebagaimana yang Allah sebutkan dalam Al-Qur`an- sebagai bantahan terhadap orang-orang yang muncul pada masanya, yang mereka memiliki keyakinan tentang bintang-bintang, berbeda dengan apa yang disebutkan oleh Penciptanya dalam Al-Qur`an. Mereka itu telah berbicara tanpa ilmu dan telah menghabiskan usia-usia mereka untuk perkara yang merugikan mereka sendiri, serta membebani diri- diri mereka dengan sesuatu yang tidak mampu mereka peroleh. Maka demikianlah keadaan setiap orang yang mencari al-haq dari selain Al-Kitab dan sunnah.
Dalam atsar ini terdapat penjelasan tentang hikmah dari penciptaan bintang-bintang -sebagaimana yang disebutkan oeh Allah di dalam kitab-Nya- juga bantahan terhadap orang-orang yang meyakini suatu hikmah tertentu pada bintang- bintang yang menyelisihi apa-apa yang telah Allah sebutkan tentang bintang-bintang tersebut.
Faedah Atsar
1. Penjelasan tentang hikmah dari penciptaan bintang-bintang sebagaimana yang ditunjukkan oleh Al-Qur`an.
2. Bantahan terhadap orang-orang yang menyakini bahwa bintang-bintang itu diciptakan untuk suatu hikmah/tujuan tertentu, selain dari apa yang telah disebutkan oleh Allah tentangnya.
3. Bahwasanya wajib kembali kepada kitabullah guna menjelaskan kebenaran dari kebatilan.
4. Bahwa barang siapa yang mencari petunjuk dari selain Al-Qur`an dan Sunnah, dia telah kehi
langan kebenaran dan menyia-nyiakan waktunya serta membebani diri dengan sesuatu yang tidak mampu ia capai.
[Diringkas dari Kitab Penjelasan Ringkas Kitab Tauhid karya Syaikh Shalih Al-Fauzan]
Catatan.
Ilmu nujum yang dimaksud disini adalah Astrologi, bukan ilmu Astronomi. Seolah terdengar sama bagi orang awam namun ini sangat berbeda, dan masih banyak yang salah paham saat mendengar istilah astronomi. Berikut sedikit penjelasan tentang astrologi.
Astrologi berasal dari kata Yunani yang berarti ilmu tentang bintang-bintang. Ilmu ini awalnya digunakan oleh bangsa Kaldea yang hidup di Babilonia pada permulaan tahun 3000 SM (Sebelum Masehi). Jika kita mendasari pada peninggalan artefak-artefak kuno, astrologi telah dikenal lebih tua lagi yaitu sekitar tahun 15.000 SM. Artefak-artefak ini banyak ditemukan di daerah Timur Tengah. Bangsa Cina di Asia kemudian mengadopsi ilmu ini untuk digunakan dalam kesehariannya. Astrologi mendasari ilmunya pada pergerakan benda-benda langit antara lain matahari, planet-planet, bintang, dan bulan. Para astrolog percaya bahwa posisi benda-benda langit ini berpengaruh pada kehidupan manusia dan peristiwa masa depan yang akan terjadi dapat diramalkan berdasarkan posisi benda langit tersebut.
Allahu'alam
Seputar Ilmu Nujum (Astrologi)
Reviewed by IP Admin
on
8:44:00 AM
Rating:
No comments:
Anda dapat berkomentar menggunakan identitas apa saja. Silakan berkomentar dengan baik dan sopan. Sepatah kata Anda bisa jadi sangat berarti bagi Blog ini, in syaa Allah.